وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.Qs.4:86-87
B. Kaitan Dengan Ayat Sebelumnya
1. Ayat sebelumnya memberikan bimbingan bagi orang mu`min agar selalu memberikan syafaat kepada sesamanya. Syafaat utamanya melindungi hak sesame muslim dari hal-hal yang menimbulkan madlarat. Ayat selanjutnya berkaitan dengan perinsip kehidupan sesama muslim yang berlandaskan perdamaian. Prinsip perdamian tersebut diawali dengan saling menyampaikan salam penghormatan dalam segala kesempatan.
2. Kesalihan social berdasar ayat sebelumnya mesti dimanifestasikan dalam bentuk saling memberi pertolongan, memberikan bantuan dan bimbingan. Ayat selanjutnya memberikan bimbingan agar dalam menjaga kesalihan social itu dimanfestasikan pula dalam bentuk salam perdamaian yang berlandaskan tauhid.
C. Tafsir Kalimat
1. وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).
Menurut al-Nasafi حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ adalah menyampaikan salam, karena penghormatan dalam al-Islam adalah mendo’akan keselamatan dan kesejahteraan duniawi dan ukhrawi. Orang Arab biasanya menyamapikan salam ketika berjumpa dengan ucapan حياك الله yang berarti أطال الله حياتك semoga Allah memanjangkan usis hidupmu. Setelah syari’ah al-Islam diberlakukan maka ucapan tersebut diganti dengan السّلام عليكم semoga keselamatan dan kesejahteraan melimpah padamu.[1] Ibn al-Jauzi mengungkapkan bahwa perkataan حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ mengandung dua ma’na (1) penyampaian ucapan salam penghormatan yaitu السّلام عليكم sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Abbas dan mayoritas ulama. (2) do’a sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Jarir dan al-Mawardi. Adapun kalimat بِأَحْسَنَ مِنْهَا mengandung arti tambahan dalam kalimat yang berisi do’a, sedangkan أَوْ رُدُّوهَا dengan do’a atau kalimat yang setimpal. Al-Hasan dan al-Dlahak berpendapat bila sesame muslim itu menyampaikan salam dengan السّلام عليكم maka jawaban yang baik adalah وعليكم السلام ورحمة الله dan bila ucapannya السلام عليكم ورحمة الله maka jawabannya adalah وعليكم السلام ، ورحمة الله وبركاته dan tidak ada tambahan lagi melebihi dari ucapan tersebut. Tegasnya bila ucapan salam itu berbunyi السلام عليكم، ورحمة الله وبركاته maka jawabannya adalah وعليكم السلام ، ورحمة الله وبركاته karena tidak ada salam maupun jawabannya yang lebih panjang dari itu. Sedangkan Qatadah berpendapat bahwa jawaban yang setimpal itu bila yang menyampaikan salamnya non muslim. Jika yang menyampaikan salamnya seorang muslim maka seyogyanya dijawab dengan yang lebih baik.[2] Salam yang selalu disampaikan muslim kepada sesamanya bukan hanya berfungsi ritual tapi benar-benar merupakan prinsip hidup sesamanya, yang senantiasa menjaga perdamaian. Arti al-Islam itu sendiri tidak jauh berbeda dengan ucapan salam. Al-Islam adalah agama perdamaian dan cinta damai. Muslim cinta damai dan benci peperangan, sebagaimana tersirat pada firman-Nya:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Qs.2:216
Isyarat ayat ini antara lain (1) perang adalah kewajiban muslim dalam menegakkan al-Islam mengalahkan agama lainnya, (2) muslim itu tidak senang perang, (3) muslim sangat mencintai perdamaian, tapi tidak selama damai itu menguntungkan, (4) apa yang dibenci belum tentu buruk, (5) apa yang dicintai belum tentu baik, (6) mana yang patut dibenci dan mana pula yang patut dicintai hendaknya berukuran pada atauran Allah SWT, (7) apa yang diperitah Allah atau dilarang-Nya belum tentu diketahui hakikatnya oleh manusia. Dengan demikian jelas bahwa mu`min itu tidak menyenangi perang. Kalau mereka berperang itu hanya melaksanakan perintah Allah demi menegakkan perdamaian.
Al-Nasafi menyimpulkan bahwa menyampaikan salam kepada sesama muslim hukumnya sunat, sedangan menjawabnya adalah wajib, karena diperintahkan langsung oleh al-Qur`an. Namun menurut beliau kewajiban menjawab salam itu ada pengecualiannya. Tidak ada kewajiban manjawab salam, apabila kita sedang (1) khuthbah, (2) membaca al-Qur`an secara jahar, (3) meriwayatkan hadits, (4) majelis ilmu, (5) mengumandangkan adzan, (6) menggemakan iqamah.[3] Al-Baydlawi menambahkan (7) ketika di kamar kecil, (8) sedang buang air.[4]
2. إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًاSesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.
Allah SWT memperhitungkan segala amal manusia, apakah yang buruk ataupun yang baik. Termasuk pula di dalamnya siapa yang pandai membalas budi bagi sesama manusia. Seperti dikemukakan di atas, urusan salam bukan hanya terbatas pada ritual, tapi juga prinsip kehidupan sosial. Siapa manusia yang pandai menjalin hubungan baik sesamanya, maka akan mendapat kebaikan pula. Seberapa nilai kebajikan yang manusia kerjakan, akan diperhitungkan secara jeli dan dibalas di akhirat secara adil. Rasul SAW bersabda:
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Kalian tidak akan amsuk surga kecuali beriman. Tidak termasuk beriman kecuali saling sayang menyayangi. Inginkah aku tunjukkan pada kalian sesuatua yang bila kalian kerjakan dapat mempererat kasih sayang? Sebarkan salam di antara kalian. Hr. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ibn Majah,.[5]
Dengan demikian kesempurnaan iman sangat dipengaruhi oleh jalinan kasih sayang yang diawali salam perdamaian.
3. اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya.
Setelah ayat sebelumnya memerintah memberikan balasan salam pernghormatan dengan cara yang lebih baik, kini Allah SWT mengingatkan ke-Esaan-Nya yang akan mengumpulkan manusia di hari kiamah. Kaitan kedua ayat tersebut mengisyaratkan bahwa hubungan baik sesama manusia mesti berlandaskan tauhid, dan persiapan menghadapi hari akhir. Hari akhir yang tidak diragukan lagi bakal tiba, merupakan hari perhitungan dan pembalasan selama hidup di dunia. Sedangkan materi persidangan bukan hanya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pada Allah SWT, tapi juga yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Rasul SAW bersabda:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ الصَّلَاةُ وَأَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فِي الدِّمَاءِ Ibadah hamba yang paling pertama dihisab adalah shalat, dan yang paling pertama diadili sesame manusia adalah urusan darah. Hr Ibn Majah (207-275H), al-Nasa`iy (215-303H).[6]
Berdasar hadits ini, pada hari kiamat ada dua permasalahan yang paling pertama disidangkan di hari kiamat yang mesti dipertangung jawabkan oleh manusia; (1) yang berkaitan dengan al-Khaliq diawali dari urusan shalat. (2) yang berkaitan dengan sesame makhluq diawali dari urusan hak darah sesame manusia.
4.وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.
Dengan nada bertanya ayat ini menandaskan bahwa tidak ada yang paling benar perkataannya selain Allah SWT. Menurut istilah al-Nasafi pertanyaan semacam ini berfungsi استفهام بمعنى النفي kalimat Tanya ang berma’na menyangkal atau menafikan sehingga artinya لا أحد أصدق منه في إخباره ووعده ووعيده tidak ada satu pun perkataannya yang lebih benar dari Allah SWT, baik dalam menyampaikan berita, berjani, atau pun mengancam. Ini sebagai penegasan yang berfungsi kecaman bagi orang yang mendustakan firman Allah SWT. Tidak sepantasnya manusia lebih mempercayai berita bohong yang bersumber dari dongeng, di banding berita al-Qur`an.
D. Beberapa Ibrah
1. Al-Islam adalah agama damai dan muslim mencintai perdamaian. Menyebarluaskan salam kepada sesama muslim, merupakan lambang perdamaian.
2. Membalas kebaikan orang lain, selayaknya dengan yang lebih baik, atau minimal yang setimpal.
3. menyampaikan salam sangat dianjurkan, sedangkan menjawabnya diwajibkan, kecuali dalam hal-hal yang tidak dimungkinkan.
4. Kesalihan muslim bukan hanya ditentukan oleh baiknya ritual, tapi juga baik atau tidaknya dalam kehidupan sosial.
5. Dasar persaudaraan dalam Islam adalah tauhid. Oleh karena itu tidak ada perkumpulan atau pergaulan yang bertentangan dengan prinsip tauhid.
6. Setiap manusia, di hari kiamat, akan dimintai tanggung jawab tentang amalnya selama di dunia. Yang dipertanggung jawabkan di akhirat, bukan hanya yang bersifat ritual ibadah pada Allah SWT, tapi juga yang bersifat sosial sesama manusia.
7. Tidak ada ucapan yang paling benar, selain firman Allah SWT serbagaimana apa yang diajarkan oelh Rasul-Nya.
[1] Tafsir al-Nasafi, I h.237
[2] Zad al-Masir, I h.237
[3] Tafsir al-Nasafi, I h.238
[4] Tafsir al-Baydlawi, II h.229
[5] Musnad Ahmad, 1355, Shahih Muslim, no.81, Sunan Abi dawud, no.4519, Sunan al-Tirmidzi, 2434, Sunan Ibn Majah, no.67, Sunan al-Nasa`iy,
[6] Sunan Ibn Majah, hdits no.2605, Sunan al-Nasa`iy, hadits no.3926
Tidak ada komentar:
Posting Komentar