SOLIIDARITAS TANPA BATAS
Hari itu, ada jadwal ujian tahsinul Qur’an, dan setiap anak murojaah hafalan Qur’an dari ayat pertama hingga batas ayat akhir hafalannya. Tiba -tiba, satu anak tunjuk tangan “ustadzah, kami mau ngomong sama ustadzah”, “mau ngomong apa kalian? Kita ujian dulu” suasana jadi hening, tak ada suara, ditanya pun tak ada jawaban, bingung juga ne anak-anak maunya apa.
Ana Andriani yang menjadi ketua kelas pertama kali angkat suara, “ustadzah, kami mau minta maaf sama ustadzah, kami banyak salah sama ustdzah, kami banyak ngecewakan ustadzah”, entah kenapa tiba-tiba anak-anak ini minta maaf kayak lebaran atau seolah-olah besok gak ketemu lagi seperti yang sering diucapin di acara perpisahan atau farewell party. Tapi mereka serius, wajah seperti banyak dosa bahkan semua nangis udah kayak menyesali dosa yang sudah dipendam bertahun-tahun. Jujur ini suatu kebanggan kepada anak-anak kelas 5 yang dengan dewasa membuat sebuah forum untuk saling kritik auto kritik, menyadari kesalahan masing-masing dan saling mengingatkan kesalahan teman yang lain. Solidaritas dan soliditas persahabatn di pesantren memang tidak bisa ditemukan disekolah-sekolah reguler biasa, karena 24 jam kita selalu bersama, tidur sama, mandi sama, makan sama, semuanya dilakukan bersama baik suka maupun duka.
Kesalahan satu anak menjadi kesalahan satu angkatan, dan prestasi satu anak merupakan prestasi satu alumni. Sehingga inilah yang membuat solidaritas berteman dipesantren itu tinggi, bagaimana membangun image dan citra satu angkatannya baik dan lulus menjadi alumni khusnul khotimah. Butuh kerja keras dan butuh kekompakan agar tujuan bisa tercapai, dan inilah yang terus ditingkatkan oleh anak-anak kelas 5 terbukti dengan itikad mereka berkumpul dan mengakui kesalahan mereka tanpa diminta. Semoga solidaritas ini dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar