Jumat, 28 April 2017

Pesantren dan Perkembangan Zaman

Pesantren dan Perkembangan Zaman

Di Era millennium seperti sekarang ini banyak yang  masih menganggap sekolah di pesantren itu kolot dan ketinggalan zaman, sekolah di pesantren akan melahirkan generasi teroris dengan Islam yang radikal. Tidak sedikit pula masyarakat yang menganggap bahwa hidup dipesantren terisolasi dengan kemilau dunia, pesantren tidak gaul, tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi, tidak update berita-berita terkini,  dan lain sebagainya.  Fakta ini yang sampai sekarang masih terkonstruk di pemikiran masyarakat pada umumunya.
Padahal kalau kita masuk ke dalam lingkungan pesantren khususnya pesantren modern di seluruh Indonesia maka dapat dipastikan kita akan membantah statement tentang pendidikan pesantren yang kolot dengan sistem yang konservatif. Begitu juga dengan Pesantren modern Ar-Rasyid  yang baik secara langsung maupun tidak langsung sedikit banyak mengadopsi sistem seperti yang ada di pesantren Darussalam Gontor, defenisi kolot seperti yang dibayangkan oleh masyarakat kebanyakan  adalah pesantren itu identik dengan kitab kuning, berhadapan dengan buku-buku tebal yang didalamnya terdapat tulisa arab gundul tanpa baris, tidak melek terhadap pelajaran umum, acuh dengan informasi duniawi, kain sarung yang menjadi kebanggaan, dengan kopiah yang selalu nempel dikepala, zuhud alias meninggalkan segala kesenangan duniawi semua itu  akan terbantahkan oleh pesantren modern, pesantren modern berupaya menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat, seperti yang ada dalam sebuah hadis “Ingatlah duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya dan Ingatlah akhirat seolah olah kamu  akan mati esok”.

Pesantren menawarkan pembelajaran yang seimbang antara ilmu dunia dan ilmu akhirat, dengan berbagai macam kegiatan positive untuk mengembangkan potensi dan bakat para santrinya, tidak hanya kewajiban menghafal Al-Qur’an sebagai bekal akhirat, santri juga dibebaskan menggali potensi baik dibidang akademik, olahraga, seni dan lainnya. Santri diajarkan bagimana sukses dengan kerja keras yang dibangun dengan semangat dan motivasi yang tinggi dengan didasari oleh keinginan sendiri bukan dengan paksaan dari orang lain, santri difasilitasi dan dikenalkan dengan persaingan dunia luar, ikutserta dalam mengikuti lomba-lomba yang tidak hanya bersifat agamis  dan akademik tetapi juga mampu bersaing dan unggul dibidang lain seperti olahraga seni dan budaya.
Pesantren selalu menanamkan bahwa hidup didunia ini hanya sementara, hidup yang kekal itu di akhirat. Tetapi bagaimana kehidupan yang sementara ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dan tidak sia-sia, keduanya harus seimbang, karena Islam mengajarkan kita untuk tamak terhadap ilmu bukan hanya ilmu agama tetapi semua ilmu yang ada, Islam mengajarkan kita harus mengejar  ilmu dari buaian hingga tiang lahat, bahkan harus pergi ke China untuk mencarinya. Disinilah tempatnya, dipesantren, yang akan senantiasa mengajarkan tentang pelajaran hidup yang hakiki, tentang bagaimana dituntut untuk bisa sukses dunia dan akhirat, tentang bagaimana menjadi manusia yang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain, tentang menempah etika dan akhlak yang semakin krisis khususnya di kalangan remaja akibat besarnya pengaruh-pengaruh dari luar, tentang hidup disiplin, dan tentang keluarga, keluarga besar Islami generasi penerus bangsa yang beriman dan bertakwa. 

Pesantrenlah yang justru selama ini mampu menjawab perkembangan zaman, pesantrenlah yang mendidik karakter dan moral anak-anak bangsa, pesantren yang melestarikan budaya timur bangsa Indonesia, pesantren mengikuti perkembangan zaman dan berupaya bagaimana Islam tidak hancur direnggut oleh zaman yang sudah semakin gila, generasi muda yang bangga dengan budaya hidup hedonism dan bergaya westernisasi, dan perlahan mulai meninggalkan budaya timur yang kental  dengan sopan santun, pesantren yang mengajarkan bagaimana zaman modern yang mau tidak mau suka tidak suka harus dihadapi tetapi dengan dilandasi kekuatan iman dan takwa agar tidak larut dalam mindset anak gaul dengan sikap dan tingkah laku yang semakin punah dari nilai-nilai Islam, oleh karena itu mari berkunjung ke pesantren dan banggalah menjadi generasi penerus bangsa yang Qur'ani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Implementasi Trilogi Nusa Putra

 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Haiii... perkenalkan nama saya Raida Namira Aulia, salah satu mahasiswi program studi Pendidikan Guru Sekolah ...