Jumat, 28 April 2017

Toleransi

Pengertian dan Sikap Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari -Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya
saling mengenal. Antara satu bangsa dengan bangsa lain memiliki budaya
dan karakteristik berbeda-beda. Demikian pula dengan Indonesia.
Indonesia merupakan negara majemuk dengan beragam perbedaaan. Perbedaan
suku, agama, warna kulit, dan bahasa di Indonesia merupakan anugerah
berharga dari Tuhan. Semua ini merupakan kekayaan bangsa Indonesia
yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Oleh karena itu sudah selayaknyalah kita bersyukur atas semua karunia
dari Tuhan. Lalu bagaimana cara mensyukurinya? Tidak lain adalah
dengan saling menghormati, menghargai, serta memelihara hubungan baik
antarsesama warga Indonesia.
1. Pengertian Toleransi
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah,
toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antarsesama
manusia. Allah Swt. menciptakan manusia berbeda satu sama lain.
Perbedaan tersebut bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif.
Sebaliknya, perbedaan bisa memicu konik jika dipandang secara negatif.

Sebagai ilustrasi, Jika kita memperhatikan salah satu unsur bangunan,
misalnya tembok, maka tembok itu terdiri dari beberapa bagian: batu
bata, besi, semen, dan pasir. Jika masing-masing bagian itu berdiri
sendiri tanpa ada persatuan dan keterkaitan maka tidak akan mempunyai
kekuatan. Setelah bagian-bagian itu dipersatukan, dicampur dengan air,
dan disusun rapi, maka ia menjadi satu bangunan yang kokoh. Ini semua
menggambarkan bahwa perbedaan merupakan sumber kekuatan apabila bersatu
dan bekerja sama. Oleh karena itu Islam mengajarkan untuk menghargai dan
menghormati perbedaan.

Toleransi dalam Islam mencakup dua hal yaitu;
  1. toleransi antar sesama muslim dan
  2. toleransi kepada nonmuslim.
Toleransi antarsesama muslim berarti menghargai dan menghormati
perbedaan pendapat yang ada dalam ajaran agama Islam. Misalnya,
perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat salat tarawih.

Perbedaan-perbedaan dalam tubuh agama Islam masih bisa ditoleransi
apabila terjadi dalam masalah furu’iyah (cabang), seperti jumlah rakaat
tarawih, doa qunut, dan lain-lain. Namun, kita tidak boleh toleransi
dalam masalah ushul (pokok) dalam Islam, misalnya kitab suci al-Qur’ān,
kiblat, dan Nabi. Ada orang mengaku Islam tetapi kiblat salatnya bukan
di Ka’bah, kitab sucinya bukan al-Qur’ān, nabinya bukan Muhammad saw.
Maka kita harus menolak keras pendapat seperti ini, namun tidak boleh
berbuat anarkis atau menghakimi sendiri dengan tindakan kekerasan.

Adapun yang dimaksud toleransi kepada nonmuslim yaitu menghargai dan menghormati pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai agama dan keyakinannya masing-masing.
2. Sikap Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari
Toleransi merupakan salah satu akhlak mulia (akhlakul karimah) yang
harus dimiliki setiap muslim. Dengan menjunjung tinggi sikap menghargai
perbedaan ini maka kehidupan masyarakat akan damai dan sejahtera. Oleh
karena itu kita harus menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari
baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat. Dalam kehidupan
sehari-hari toleransi dapat diwujudkan dengan sikap-sikap sebagai
berikut.
  1. Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya.
  2. Menghargai dan menghormati perayaan hari besar keagamaan umat lain.
  3. Tidak menghina dan menjelek-jelekkan ajaran agama lain.
  4. Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk berdoa sesuai agamanya masing-masing.
  5. Memberikan kesempatan untuk melaksana-kan ibadah bagi nonmuslim.
  6. Memberikan rasa aman kepada umat lain yang sedang beribadah.
  7. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
  8. Mengadakan silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama.
  9. Menolong tetangga beda agama yang sedang kesusahan.
Lebih dari itu sikap toleransi kepada sesama muslim harus lebih
diperkokoh. Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah saw. dan umat Islam
ketika berada di Madinah. Hubungan persaudaraan antara Muhajirin (kaum
muslimin dari Mekah) dan Ansar (kaum muslimin Madinah) terjalin sangat
erat. Kehidupan kedua golongan itu setiap hari diliputi oleh suasana
saling pengertian, saling membantu dan saling bekerja sama. Apabila
seorang dari Ansar memiliki rumah, maka rumah itu digunakan bersama
dengan Muhajirin. Jika Muhajirin memiliki makanan dan minuman, maka
makanan dan minuman itu dibagi dengan Ansar. Dengan persaudaraan dan
toleransi yang tinggi seperti ini maka umat Islam waktu itu mempunyai
ikatan yang kokoh. Rasulullah saw. mengibaratkan umat Islam sebagai satu
tubuh. Jika ada bagian tubuh yang sakit maka anggota tubuh lain juga
ikut merasakan sakit. Demikian pula dengan umat Islam, jika ada salah
seorang anggota masyarakat muslim mengalami kesulitan maka warga yang
lain hendaklah membantunya.

Kepada umat agama lain, Islam juga mengajarkan untuk toleransi. Dalam
Islam tidak ada ajaran supaya membenci atau memusuhi umat agama lain.
Islam mengajarkan umatnya untuk hidup berdampingan dalam suasana damai,
rukun, dan saling. Rasulullah saw. dan umat Islam sudah mencontohkan
toleransi antarumat beragama pada waktu berada di Madinah. Umat Islam,
Nasrani, dan Yahudi diberi kebebasan dan dijamin hak-haknya untuk
melaksanakan ibadahnya masing-masing.

Namun perlu diingat bahwa toleransi kepada golongan nonmuslim hanya
terbatas pada masalah-masalah duniawi, seperti kerjasama dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, politik dan masalah-masalah lain yang berkaitan
dengan keduniaan. Adapun yang berkaitan dengan masalah aqidah dan ibadah
harus sesuai dengan agamanya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Implementasi Trilogi Nusa Putra

 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Haiii... perkenalkan nama saya Raida Namira Aulia, salah satu mahasiswi program studi Pendidikan Guru Sekolah ...